Galau?

huuhuuhuuuu...

Semangaaaaatttt..!

Love your job and be proud.

Iyes!

Bekerja sambil belajar.

Masih galau lagi?

No! No! No! Be happy laahhh...!

Ayo ngeblog!

Masa kalah sama Babu Ngeblog?

One Billion Raising

Minggu, 17 Februari 2019

Setiap 14 Februari banyak muda-mudi merayakan Valentine di penjuru dunia. Di hari yang sama pula segenap elemen masyarakat turun ke jalan untuk menari One Billion Raising (OBR). Ini bukan untuk turut merayakan Valentine Day tapi sebagai wujud penolakan terhadap kekerasan kepada perempuan dan anak perempuan.

Di Hong Kong, OBR juga dilakukan termasuk oleh pekerja migran dan etnis minoritas dari berbagai Negara yang ada di Hong Kong. Bahkan, buruh migran yang mayoritas perempuan ini telah menjadi bagian aktif dan penting dalam kampanye. Seperti kita ketahui bahwa kekerasan terhadap buruh migran, pelecehan seksual masih ada walau di negera yang hukumnya jelas dan tajam di Hong Kong ini, jauh bedalah sama hukum di Indonesia yang kadang gak jelas dan tumpul ke atas itu.

OBR di Hong Kong biasanya dilakukan pada hari Minggu karena kebanyakan buruh migran libur pada hari tersebut.

Sekitar 700 orang turun di jalan. Tepatnya berada di Central, di depan gedung LEGCO. Dengan mengenakan kaos OBR,, atau atribut OBR seperti pita ungu dan pink mereka serentak menari bersama.

"Tarian OBR tidak hanya sekedar karena kita ingin menari tapi bagaimana bahwa dengan tarian ini kita bisa mengangkat solidaritas bersama untuk mengakhiri segala bentuk kekerasan yang dialami oleh perempuan," kata Sringatin, ketua IMWU dan JBMI Hong Kong.

Masih menurut Sringatin, bentuk kekerasan itu tak hanya kekerasan fisik saja tapi ada juga kekerasan yang tidak disadari yang ada kaitan eratnya dengan kebijakan-kebijakan dan aturan-aturan yang dilakukan oleh pemerintah Hong Kong dan negara-negara pemasok pekerja migran di Hong Kong seperti: Indonesia, Thailand, Filipina, dan lainnya. Peraturan-peraturan yang justru mempersulit buruh migran.

Dalam gerakan tarian OBR, ada gerakan tangan menunjuk ke atas (satu jari) tapi khusus tahun ini gerakan menunjuk dengan satu jari diacungkan ke atas itu diganti dengan gerakan tangan mengepal ke atas. "Kita tidak mendeklarasikan, tidak mensupport salah satu kandidat presiden," jelas Eni Lestari, ketua IMA Hong Kong. Ini dimaksudkan agar tidak ada kesalahpahaman mengingat di Indonesia sedang sumuk dengan pemilihan capres. 

Software & Hardware di dalam Underwear

Beberapa hari yang lalu time line FB dihebohkan dengan sharing beberapa foto, foto rumah megah yang dihancurkan. Foto bersumber dari seorang TKW Taiwan berinisial M. Rupanya, M sedang mempunyai masalah keluarga yang boleh dibilang ruwet dan boleh dibilang hais mbuh ngono kae.

Permasalahan keluarga itu pelik, bisa jadi semua orang mempunyai andil salah. Bisa jadi mereka engggak ada yg mau ngaku salah. Ya umumlah gitu, siapa sih yg mau disalahkan selain tiang listrik yang malang itu? (lho kok jadi bawa-bawa tiang listrik sih?)

M, seorang mantan istri yg sedang berang. Menurut dia, rumah itu hasil keringatnya bekerja di Taiwan yangg dibangun di atas lahan mertua. Masih menurutnya janda cantik asal Malang ini, rumah megah itu dihancurkannya setelah dia cerai. Katanya juga dia cerai karena suaminya selingkuh. Dan pas dia menanyakan tentang kepemilikan rumah yg dibangunnya, mertuanya menamparnya. Sehingga jalan yang dipilihnya kemudian adalah menghancurkan rumah beton bercat hijau muda yang baru selesai dibangunnya setahun yang lalu.

Karena penasaran, akhirnya aku kepo juga metani FBnya. Bukan hanya FB M tapi juga FB mantan suami M. Sebenarnya dulu aku tidak mempunyai cita-cita untuk menjadi detektif, tapi berhubung rasa ingin tahuku lebih besar daripada tiang listrik (ya elah...tiang listrik lagi), aku pengin tahu kebenarannya walau sudah bisa dipastikan gak bakalan berhasil.  

Aku mendapati dua cerita yg berbanding terbalik. Si cowok bilang, mantan istri itu pernah selingkuh hingga digerebek. Hal itulah yang menjadi  bibit pertikaian rumah tangga mereka yang berujung perceraian. Kata mantan suami, setelah cerai M  meminta dia membeli rumah itu. Tapi karena mantan suami tidak mampu membayar akhirnya rumahpun dirobohkan.

Lalu ada berita lagi kalau lahan yang ada rumahnya itu akan dibeli untuk dibangun tower sehingga rumah harus dihancurkan.

Terlepas cerita mana yg benar, aku merasa alhamdulillah sekali tidak ikut komen atau menyebar fotonya.  Banyak kasus memang, banyak kawan yang kerja mati-matian jadi TKW tapi ditinggal jaran goyang oleh suami ngacengan dan penyuka "software" bernama memek dan semua hasil keringatnya dikuasai mantan suami beserta selingkuhannya. Banyak pula kasus teman-teman yang bekerja jadi TKW ini kecantol dan temangsang pada "hardware" berupa "batang" yg lebih keras. 

Kasus Software dan hardware di dalam underwear ini universal dan manusia (wi) banget. Bisa terjadi pada ustad dan ustadzah bercadar, bisa terjadi  pada artis yang pengin nyelebritis, bisa pula terjadi pada wong-wong gedhe. Tapi yang jelas ini tidak akan terjadi pada tiang listrik karena tiang listrik sudah pakai rompi oren.


Ngeblog Lagi

hiatus sejak 3 Oktober 2014

Wuaaaa.....3 tahun....!

Bukan nggak ngeblog lagi sejak itu, ada blog lain tapi yang bisa baca cuma segelintir orang alias private, yang mau mbaca aja kudu ada invitasi lewat e-mail. Pelit? Ho oh.

Berhubung hari ini ngendon di KJRI-HK dan Library, ya sudahlah mencoba membuka blog sing wis lumuten.

Daaannn....aku lali carane nulis di blogku. Begitu nulis, gaya tulisanku udah beda, gak seperti dulu. Seperti antara ngempet dan nge-rem. Kagok banget. Tulis...delete...tulis...delete.

Wudun semat, kakek-anipun!

Semoga bisa aktif ngeblog lagi.






















Cerita 2 Oktober

:Untuk kawan-kawanku di Hong Kong

Namanya Safi atau ah... sebenarnya aku tak tahu. Dia cuma mengenalkan diri dengan nama Safi begitu, tanpa aku tahu bagaimana menuliskan namanya dengan baik dan benar. Tapi lucunya dia suka dipanggil Sapi'i oleh kawan-kawannya. Geli juga mendengarnya. Cewek secakep dia, dengan hidung mancung dan bibir tipisnya, mata bulat dan tubuh tinggi semampainya, dipanggil Sapi'i? Ah! 

Malam itu kami berbagi meja di sebuah restoran cepat saji di kawasan Hennesy Road di atasnya Mc Donnald, Causeway Bay. Itu tuh tempat mi yang ada mangkoknya yang berdiameter 30 cm dengan menu mie-mienya.

Awalnya aku acuh, melihatnya duduk pun tidak. Aku lebih disibukkan dengan foto-foto demo mahasiswa-mahasiswi Hong Kong yang menuntut demokras yang sebenarnya (pilkada langsung) di Hong Kong (semoga bisa ngeblog tentang itu). Mataku menatap lekat ponsel android murahan dengan headset menancap erat di ke dua belah kupingku. Ketika aku sedikit mendengar suara tapi tak jelas, kulepaskan headset yang menyumpal di kuping kiriku, namun masih kurang jelas juga. Akhirnya kuputuskan untuk mencabut keduanya lalu berkonsentrasi pada makhluk cantik yang mirip artis Korea (bedanya cuman jerawat dia banyak) di depanku itu.

"Sendiri, Mbak?" tanyanya dengan senyum ramah.

"Iya. Kamu juga?" tanyaku.

"Iya. Pada nggak libur," jawabnya.

"Asal mana, Mbak," tanyanya lagi.

Pertanyaan biasa bila bertemu seseorang pertama kalinya adalah: nama, asal, kerja di mana, kerjanya apa saja, bosnya galak apa enggak, sudah berapa lama di HK.

Yang membuatku tertarik adalah bibirnya yang tipis dan bergincu tipis (atau entah warna bibirnya memang pink) yang selalu menyunggingkan senyum ketika berbicara itu. Hei! Itu khan biasanya aku? Biasanya aku yang selalu tersenyum-senyum ketika berbicara, bukan? Dan betapa cantiknya melihat seseorang berbicara dengan tersenyum-senyum begitu.

Lalu aku sibuk membuat kesimpulan-kesimpulanku sendiri. Gadis cantik berambut pirang ini pasti ikutan nge-dance atau fashion show deh, soalnya dia terlihat stylish banget dengan eye liner tipis yang membuat matanya tampak lebih bulat dan dengan kacamata yang digunakan untuk bando itu. Lalu jawabannya membuatku tercengang.

"Dulu iya, dua bulanan. Lalu keluar," jawabnya.

"Kenapa?" buruku.

"Yang ngajarin pulang. Tapi sebelum itu aku juga merasa kurang nyaman. Pengeluaran banyak untuk manggung. Sepatu, kostum. Fashion juga gitu," jawabnya yang kujawab balik dengan "o" saja.

"Sempat pacaran pula, tapi sudah putus lalu sekarang temenan biasa aja sama dia," katanya.

"O baguslah kalau baik-baik. Jangan berantem ya," kataku.

Ok, aku memaklumi, itu adalah privacy dia. Mau pacaran sama siapa kek itu urusan dia. Sudah mau berbagi dengan aku sejauh inipun sudah luar biasa bagiku. Entah mengapa aku seperti punya kekuatan untuk memaksa lawan bicaraku untuk menjawab pertanyaan "mengapa dan bagaimana"-ku. Menjelaskan sesuatu padaku dengan suka cita.

Mungkin karena aku melihat mata lawan bicaraku dan dengan begitu mereka merasa aku bisa dipercaya untuk diceritai sesuatu, atau mungkin pula karena mereka sedang desperate ingin berbagi, entah.

"Suka begini. Bebas. Tak banyak teman, tak tergantung sama satu teman. Bisa ke mana-mana. Hiking, atau apa, enak-bebas," jelasnya.

"Libur tiap Minggu?" tanyaku.

"Iya."

"Nggak tertarik ikut kursus? Komputer, bahasa Inggris, Akuntansi? Banyak yang gratis kok," aku menawarkan.

"Mmm... Pengin menjahit tapi belum tahu di mana," jawabnya.

"Ada di sana, di situ (menyebutkan tempat kursus menjahit). Mau aku antar?" tanyaku.

Namun dia menjawab dengan tersenyum. Mungkin untuk saat ini belum tertarik, mungkin nanti, pikirku. Tiba-tiba aku jadi ingin sharing sesuatu, tiba-tiba aku merasa mempunyai kewajiban untuk menyampaikan sesuatu.

"Ketika kamu sudah setua aku, sudah selama aku tinggal di HK sedang kamu kurang mempunyai ketrampilan, maka kamu akan merasakan penyesalan sepertiku," kataku memulai.

"Tapi aku SMA aja nggak lulus, Mbak. Dulu kelas dua naik ke kelas tiga aku keluar, karena ingin kerja," kata gadis asal Kediri ini membela diri.

"Di sini kursus enggak perlu ijasah apapun. Kursus yang gratisan juga banyak," kataku.

"Aku cuma pengin punya uang, pulang, nikah, punya anak lalu enggak ke mana-mana lagi," kilahnya.

"Amiin," jawabku.

"Aku ditinggal ibuk ke Saudi dan aku tahu benar bagaimana susahnya kurang kasih sayang dari ibuk," katanya.

"Aku nggak pengin ke mana-mana kalau sudah punya anak. Aku mau di sampingnya, aku mau di sisinya, ngerawat dia," matanya menerawang.

"Aamiin," kataku lagi.

Karena sudah sementara waktu ditunggui orang untuk giliran meja makan dan petugas restoran juga telah dua kali datang mengangkut mangkok dan gelas kami, maka kami beranjak.

"Lihat demo yuk," ajakku.

Kami menyusuri Hennesy road ke arah Wanchai lalu balik lagi ke Causeway Bay. Di depan MTR station exit F, Causeway Bay, kami berhenti sejenak sebelum berpisah.

"Mbak, sebenernya aku nggak mudeng dengan demo ini," katanya jujur.

"Aku ini tahu apa ya?" tanyanya, lebih kepada dirinya sendiri.

"Baca. Jangan cuma membaca status cekakakan  di FB thok tapi enggak peduli lainnya," kataku.

"Aku suka sesuatu yang ringan, yang enggak usah mikir, yang bisa membuatku rileks. Bukan berita-berita berat begitu," nah gadis kelahiran tahun 1988 ini membela diri lagi.

"Kalau gitu enggak usah tahu sekalian, enggak usah nanya. Nanggung kalau tahunya cuma sedikit, mending nggak usah, hehehe...," kataku.

Lalu kami pun berpisah. Dia terpaksa naik MTR karena tram nya enggak jalan padahal dia bilang paling suka kalau naik tram. Ha! Kebalikan sama aku yang paling benci naik tram. Sedang aku memilih naik minibus.

Entah mengapa, aku merasa sedikit berat meninggalkannya, merasa belum selesai aku menjelaskan sesuatu tapi juga merasa tidak perlu menjelaskan terlalu panjang lebar. Takut kalau-kalau terkesan terlalu menggurui. Dan satu perasaan lain yang membuatku tak selesa adalah: waktu "kepulanganku" (ke tanah air) sudah semakin dekat dan aku belum merasa berbuat apa-apa, belum belajar apa-apa.

Punakawan Mbeling: Kabeh Metu

Republik Astina Raya kuwi yen rinasa-rasa kok njelehi. Lha gene wong kabeh pemimpine kok penyakiten. Gek penyakite ki langka tambane. Ya kuwi penyakit sakit hati lan dendam kesumat.

Kaya dene Nagagini (ratu ka-lima) sing cengkerengan karo Pandhu (raja ka-nem). Trus sapa kuwi... anu... Duryudhana sing mungsuhan karo Nagagini lan Gareng jalaran Gareng (meh) kasil disengkakake dadi gantine Pandhu Dewanata.

intermezo:


"Weh! Ya sudah sewajarnya nek aku nesu karo Nagagini. Lha wong kabeh ex raja kuwi ngganteng kathik gedhe dhuwur. Lha iki kok tangane ceko, sikile pincang, mripate kero. Ngisinga pitung cikrak! Arep dadi apa Republik Astina Raya yen dipandegani dening bekakas kaya ngono kuwi?" ujare Duryudhana karo nempelke pin manuk emprit ing sisih tengen dhadhane. 

Omongan kaya mengkono mau langsung kamot ing Astina Post, Tabloid Wayang, Pandhawa Times, njur kasebar ing jagad medsos. Njur sakabehing wayang ing jagad medsos kang kalebu ing Gareng Fans Club mangsuli: "Ceko kuwi tandhane menawa ta Gareng ora nduweni pepinginan kanggo njupuk apa sing dudu hake, pincang kuwi tegese Gareng sarwa ngati-ati ing jagad pewayangan, dene kero kuwi tegese Gareng tansah awas lan waspada."

"Weh lha mukiya gombal amoh!" panyaute Asosiasi Duryudhana Lover.

intermezo wis rampung.


Kaya dikomandho, kamangka ora, Astina Post, Tabloid Wayang, Pandhawa Times, menehi headline "All Out Tegese Kabeh Metu". Headline kuwi langsung gawe gegere Astina. Prabu Pandu sing meh luntur wibawane kang paring sabda kaya mangkono kuwi marang andhahane kang kajibah melu rembug perdhemitan ing tlatah DPR, Di bawah Pohon Ringin, wit sakral kang dadi omahe gendruwo, wewe gombel, buta Ijo, dhemit, pocong, drakula lan sapiturute supaya all out.

Prabu Pandu sing lagi plesir kuwi kelalen yen ta andhahane mono ora lulus TOEFL. Eh lulus dhing, nanging ndadak nyogok karo Miss Rie Rie sing kapatah dadi dosen basa Inggris.

Lha amerga Miss Rie Rie minggat menyang Hong Kong saperlu nglanjutna kuliah S5 (Sekolah Samsaya Suwe Samsaya Susah) ing Hong Kong Institute of Perbabuan, lan wis di-ping BBM-e ning ora menehi wangsulan, mula andhahan kang mung kethok pinter mau njur mbukak saweneh website kang aran gugel translet.

 Dene piwolehe kaya gambar sisih kiwa iki. "All out" miturut gugel translet jebul tegese "semua keluar", yen ngono ing basa Jawa padha karo "kabeh metu". Oke sip! Yen ngono kabeh andhahane Prabu Pandhu kang cacahe satus kuwi metu saka DPR. Olehe metu karo melet-melet, mbuh ngece mbuh ancene lagi kena rabies.

Dene ing DPR mung kari bala-balane Duryudhana karo bala-balane Nagagini sing kabeh cacahe ora ana 400. Pungkasaning crita, Nakula, saka Koalisi Sengkuni (grupe Duryudhana) sing bakale disengkakake dadi ketua dhemit ing DPR.

"Diancuk! Kakekanipun tenan!" pisuhe Koalisi Bethari Durga (grupe Nagagini) sing njagokake Sembadra.

"Huahahaha...!" guyune Koalisi Sengkuni lan Asosiasi Duryudhana Lover.

Sakala, sakabehing gendruwo, wewe gombel, buta Ijo, dhemit, pocong, drakula lan sapiturute sing ana ing DPR terinfeksi virus sakit hati lan dendam kesumat. Rembug perdhemitan ing DPR (red: Di bawah Pohon Ringin)  bubar lan buyar kanthi ending kang ora maremake. Eh, maremake kanggone Koalisi Sengkuni dhing!

Njur wengine, jagad medsos geger. Jane mesakake Pandhu, yen ta kudu nanggung kabeh mau. Pandhu disalah-salahke, diece, lan dikuya-kuya. Ning priyayi gedhe dhuwur sing melu ISIS (Ikatan Suami takut IStri) kuwi ora kurang akal kok. Mak tuing, njur metu pamikiran kepriye amrih isa win-win solution. 

Ya ngene iki. Pungkasane, kabeh wayang ya kudu bertekuk lutut marang par-tai politik perdhemitan, amarga par-tai politik perdhemitan kuwi kang bakal nemtokake lakune Republik Astina Raya. Najan ta kabeh wayang cilik sing milih par-tai politik perdhemitan kuwi, durung karuwan yen ta dhemit sing kapilih kuwi bakal ngeboti wayang cilik kaya ta Den ayu Limbuk lan Bagong. Sarwa salah ta?

 Yen ta para dhemit mau niat ingsun ing par-tai politik perdhemitan kanggo mbangun Republik Astina Raya samesthine ora bakal ngorbanake lan memanfaatkan dunya pewayangan.

Puasa Pertama di Hong Kong

Gara-gara pilpres, jadi lupa posting tentang puasa di Hong Kong padahal ini sudah ada di draft hampir tiga minggu yang lalu. Fiuh!

Jujur sampai sekarang saya belum tahu, sebenarnya apa sih hukumnya makan sahur dari makanan hasil curian atau selundupan makanan lopan/majikan?

Sembilan tahun yang lalu ketika puasa pertama saya di Hong Kong jatuh pada bulan keempat saya mengabdi pada keluarga Wong, situasi saya serba sulit. Untungnya kedua lopan saya berangkat kantor dari pukul delapan pagi hingga tujuh malam, jadi pada siang hari aman-aman saja untuk berpuasa. Justru godaan terberatnya adalah saat sahur. Tiap kali memasak untuk dinner hanya cukup dimakan tiga orang saja, yaitu untuk saya, nyonyah dan pak bos. Jadi pas itu ya terpaksa sedikit ngutil makanan dinner trus disimpen di dalam BMW (sebutan untuk tas geret belanja) dan setelah lopan tidur baru saya bawa setengah mangkuk kecil makanan itu ke kamar saya. 

Dulu saya dilarang keluar rumah dan saya manut saja, lha khan masih baru dan lugu gitu (kalau sekarang mah tiada hari tanpa berantem). Kendati bisa keluar rumah, uang saya juga tak cukup untuk membeli sepotong roti sekalipun

Dengan sisa gaji hanya $270 (setelah membayar $3.000 upeti kepada agency sebagai biaya penempatan dan pemberangkatan saya ke Hong Kong), saya nyaris seperti babu terndoweh se-Hong Kong. Lha iya, wong uang segitu itu harus bisa  untuk dua kali libur (dalam sebulan dulu saya dapat libur dua kali padahal seharusnya dapat libur sekali dalam seminggu), beli softex, sabun/odol, pulsa dan MBK. MBK? Kenapa harus memakai MBK kalau keringat saya saja wangi? Iya, di PT saya dulu semua calon TKW diwajibkan untuk membeli dan memakai MBK setiap hari. Lucunya MBK tersebut harus dibeli dari toko di PT. Dan itu (membeli dan memakai MBK) menjadi kebiasaan saya selama dua tahun pertama di Hong Kong. Terlebih karena mantan pembantu lopan yang dulu bekerja hanya dalam waktu dua minggu itu dipecat kuwarasan dengan alasan bau badannya yang nyegrak.

Saat libur dulu saya paling hanya makan satu kali saja yaitu satu jam sebelum saya pulang kandang (pulang ke rumah majikan setelah libur). Selebihnya saya selalu membawa air dua botol kecil, satu polopau (roti nanas) dan dua sisir pisang. Payahnya, di bulan Ramadhan saya terkena virus yang bernama "kemaruk". Walhasil pisang dan polopau yang bisa disisihkan untuk saur diembat juga saat berbuka puasa. Akibatnya tentu teruk sekali.

Nah, berhubung manusia adalah homo sapiens yang cerdas maka saya mendapat ilham untuk memenuhi tuntutan kedua,  mencari makanan untuk sahur.

Lumbung makanan itu adalah kulkas dan kulkas berada di dapur dan dapur berada persis di depan kamar lopan. Dengan ilmu maling yang saya warisi dari petinggi negeri yang kerap korupsi, saya mengendap-endap dengan tujuan untuk blusukan ke dapur.

Perasaan sih cuma sekian detik saja saya membuka kulkas dan screening isi kulkas sambil mengunyah selembar roti tawar, mendadak kulkas menjerit histeris. "Tit...tit...tiit..tiit....titititititititititiiii..." Paniklah saya. Langsung saja kulkas itu saya tutup mak jebret. Baru saja mak jebret, pak bos sudah berada di samping saya. 

"What are you doing?" tanyanya. Pertanyaan lumrah itu tiba-tiba seperti auman macan Asia pada pukul 3 dini hari.

Dengan mulut dipenuhi roti tawar, saya spontan menjawab, "Baby hungry. 

Jawaban itu pastilah membuat pak bos kebingungan. Tidak mungkin bayi yang belum berumur enam bulan itu makan roti, lha wong bubur encer saja tidak. Kenapa tidak mengambil botol susu? Kenapa roti? Atau mungkin juga beliau tidak melihat roti karena gelap gulita, semua lampu padam. Saya tak tahu. Tapi saya berusaha keras mempercayai alasan kedua dengan dada masih berdebar-debar karena kaget yang masih menguasai.

Beliau berbalik ke kamarnya tanpa bertanya-tanya lagi, saya lega. Dan saya (terpaksa) masuk ke kamar bayi sekedar mengecek sekaligus pura-pura ngasih susu.

Oalah...nyuri makanan untuk sahur apa hukumnya?